Zawiyah

Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani

Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Hasani lahir pada Hari Kamis, 13 Shafar 1150 H. di Ain Madhi atau disebut juga dengan Madhawi, di Sahara Timur Maroko. Dari keluarga besar/Kabilah Tijan. Kabilah ini banyak melahirkan ulama-ulama dan wali-wali yang shaleh.

Dari garis ayah adalah Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar bin Ahmad bin Muhammad Salim bin Al ‘id bin Salim bin Ahmad Al-‘Alwani bin Ahmad bin Ali bin Abdulloh bin Al-Abbas bin Abdul Jabbar bin Idris bin Ishaq bin Ali Zainal Abidin bin Ahmad bin Muhammad An-Nafsiz Zakiyah bin Abdulloh bin Hasan Al-Mutsanna bin Hasan As-Sibthi bin Ali bin Abi Tholib dan Sayyidah Fatimatuzzahra binti Rasulullah Muhammad SAW.

Dari garis ibu adalah Ahmad binti Sayyidah Aisyah binti Abu Abdillah Muhammad bin As-Sanusi At-Tijani Al-Madhawi. Selanjutnya….

Thariqat Tijaniyah, Thariqat yang Sah Berdasarkan Qur’an dan Sunnah

Thariqat Tijaniyah yang digagas oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad at-Tijani, Faz, Maroko (lahir 13 Safar 1150 H. dan wafat 17 Syawal 1230 H.), merupakan salah satu thariqat mu’tabarah dan sah. Sanad barzakhiyahnya pun muttasil dengan Rasululloh Saw. Thariqat ini telah disepakati sahnya oleh ulama dalam muktamar NU ke-3 di Surabaya, tanggal 19 Robi’uts Tsani 1346 H./9 Oktober 1927 M, masalah No. 50. Karena semua keutamaannya berdasarkan Kitab dan sunah.  Selanjutnya….

Ide Utama dan Pokok Pikiran

Thariqat Tijaniyah Adalah Syukur

Thariqat Tijaniyah merupakan thariqat yang menekankan syukur sebagai jalan menuju kepada Allah. Syukur menjadi pijakan pokok dan prinsip utama Thariqat Tijaniyah. Oleh karenanya nama lain Thariqat Tijaniyah adalah Thariqat Syukur ( At-Thariqat Asy-Syukr ).  Selanjutnya…


AL-Quthbi Al-Kamil

Khatmu Al-Auliyai Al-Maktum

Secara etimologi (bahasa),  qutub berasal dari kata ط –  ب –  ق. Artinya bintang terindah. Sedangkan secara istilah, qutub adalah manusia terbaik yang mengumpulkan seluruh keutamaan. Baik dalam sifat kemanusiaan, ibadah dan kedekatannya dengan Alloh. Seorang qutub merupakan Khalifah Rasulillah SAW dalam menjaga keseimbangan alam.  Setiap masa hanya ada satu orang kutub. Ibnu Hajar menjelaskan, kata abdal telah masyhur dalam sejumlah khabar dan qutub telah ditemukan dalam beberapa atsar. Sedangkan kata ghauts tidak ditemukan sumbernya. Jalaluddin As-Suyuthi telah mengetengahkan akan adanya qutub, autad dan abdal dalam kitabnya Al-Khabarud Dallu ‘Ala Wujudil Quthbi Wal Autadi Wan Nujabai Wal Abdalli. Keterangan ini menunjukkan adanya qutub. Berbeda dengan  ghauts yang tidak ada penunjukkan. Hal ini berdasarkan pada hadits dan atsar yang ditemukan. Selanjutnya….

Aqidah Thariqat Tijaniyah

Adalah Ahlu Sunah dan Tauhid Arifin

Aqidah dan kepercayaan Jama’ah Thariqat Tijaniyah adalah aqidah ahlu sunah wal jama’ah yang mengikuti metode ulama yang shalih, seperti Imam Asy’ari, Maturidi, Al-Baqilani, Al-Juwaini, Imam Malik, Abu Hanifah, Syafi’i, Imam Ahmad, An-Nawawi, Ar-Rafi’i, Al-Ghazali dan lainnya. Bahwa Alloh SWT mempunyai sifat-sifat kesempurnaan dan berbeda dengan makhluk.

Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani sendiri sangat memperhatikan ilmu ushul dan furu’ sejak kecil. Beliau hafal Alqur’an pada umur 7 tahun dengan riwayat Imam Nafi’ di depan gurunya, yaitu: Syeikh Abu Abdillah Sayid Muhammad bin Hamawi. Beliau pun telah menamatkan kitab Mukhtashar Syeikh Khalil dan Ar-Risalah Imam Ibnu Rusyd serta Muqaddimah Imam Al-Akhdhari di hadapan gurunya, Sayyid Al-Mabruk bin Bu ‘Afiyah Al-Madhawi. Selanjutnya…..


Thariqat Tijaniyah
Berpegang Teguh pada Syari’at

Thariqat Tijaniyah sangat menekankan arti pentingnya syari’at. Syeikh Ahmad At-Tijani selalu menimbang semua persoalan dan fatwanya dengan kacamata syari’at. Beliau berkata:“Jika Kalian mendengar sesuatu dariku, maka pertimbangkan dengan neraca syara’. Sesuatu yang sesuai syara’, kerjakanlah dan sesuatu yang menyimpang, tinggalkanlah !” (Al-Inshaf: 1)

Keteguhan atas syari’at dan sunah dengan penuh adab merupakan syarat sah bagi Jama’ah Thariqat Tijaniyah. Jika syarat ini tidak dapat dipenuhinya, maka ia tidak pantas mencium kebenaran thariqat dan tertolak dari pintunya.“Demikian pula beramal dengan beberapa perintah syari’at dan beberapa larangannya dengan beberapa adabnya. Berpegang teguh dengan sunah Rasululloh SAW, mengikuti perilakunya dan menetapi perbuatan-perbuatannya. Maka dengan itu semua dapat sah masuk dalam naungan Thariqat Tijaniyaniyah.” (Al-Hidayah Ar-Rabbaniyah Fi Fiqhi at-Thariqah At-Tijaniyah, hal: 3)

Dalam adab syari’at dan sunah Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani menjadi teladan bagi jama’ahnya thariaatnya.

“Adapun adab Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani ra. lahir dan batinnya ada dalam syari’at Muhammadiyah dan bersama Alloh SWT.” (Mizabur Ar-Rahmah: 10)

Beliau selalu berada dalam jalan syari’at dan mengikuti sunah. Mengoptimalkan penjagaan syari’at dan sunah sehingga sempurna. Beliau memperhatikan dan menjaga beberapa had Allah, perintah-perintah-Nya dan larangan-larangan-Nya. Dalam hal ini tidak ada yang menyamai atau menyerupainya. Beliau menerapkan sunah bagi diri dan keluarganya. Menjadikan sunah sebagai syi’arnya dalam semua perbuatan dan keadaannya.

Beliau berakhlak dengan akhlak syari’at dan semua adab-adabnya yang terjaga. Akhlaknya adalah Qur’an dan semua yang diperintahkan ar-Rahman. Beliau ridla dengan Ridla Alloh dan benci dengan kebencian-Nya (cinta dan benci karena Alloh) dalam semua perkaranya. Memerintahkan apa yang diperintah-Nya dan memperingatkan apa yang peringatkan-Nya.

Beliau jelas-jelas mewarisi sifat Rasululloh SAW, mengagungkan perintah syari’at, memuliakan perintah Nabi Muhammad SAW. Beliau banyak merenungi Firman Alloh SWT:

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)

Beliau mencintai perbuatan yang pernah dilakukan Nabi SAW dan mengingatkan akan pentingnya mengikuti sunah. Beliau berkata:

“Kebaikan seluruhnya ada dalam mengikuti sunah dan kejelekan seluruhnya ada dalam menyalahinya.”

Beliau juga berkata: “Ketahuilah ! Sesungguhnya jalan yang lurus (shirathal mustaqim) adalah Nabi SAW. Dikatakan demikian karena Nabi adalah jalan yang terbentang menuju kepada Alloh. Tidak seorang pun akan sampai ke Hadirat Qudus (Alloh), menyelami rahasia-Nya dan memperoleh cahaya-Nya kecuali dengan berjalan atas shirathal mustaqim. Nabi adalah pintu dan jalan yang lurus (shirathal mustaqim) menuju kepada Alloh. Orang yang ingin masuk menemui Alloh SWT dalam Hadirat-Nya yang Agung dan Suci tetapi berpaling dari kekasih-Nya (Nabi SAW), maka akan tertolak, terlaknat, tertutup jalan dan pintunya dan akan dikembalikan kedudukannya dari manusia yang beradab ke dalam kelompok hewan. Selanjutnya…..

 

Bertemu Rasululloh SAW Secara Sadar

Imam Ahmad bin Hajar (Ibnu Hajar) al-Haitami dalam Fatawi al-Haditsiyah, hal. 225 mengemukan persoalan kemungkinan melihat dan berjumpa Nabi SAW setelah Beliau wafat dalam keadaan sadar dan terjaga. Beliau menjawab bahwa sebagian jama’ah mengingkarinya dan sebagian menganggapnya sebagai sesuatu kemungkinan. Selanjutnya…..

 

Kritik Terhadap Thariqat

dan Auliyaillah

Banyak orang yang telah memojokkan thariqat dan auliyaillah. Tanpa adanya pengetahuan yang memadai sebagai syarat-syarat dalam sebuah kritik. Mereka tidak belajar dan mengkaji, tidak bertanya kepada ahlinya, tidak membenarkan kesalahan, tidak meyerahkan kepada yang membidanginya dan tidak diam dari persoalan yang tidak mereka fahami. Dalam kebodohannya mereka menganggap sebagai ulama paling mumpuni dan paling mengetahui. Mereka menyampaikan fatwa. Tetapi tidak memahami apa yang difatwakannya. Karena mereka berfatwa tanpa bekal ilmu yang mencukupi. Mereka dengan cepat sekali mengkafirkan. Sedangkan mereka tidak mengerti batasan kafir dan ancaman Nabi SAW dalam pengkafiran tersebut. Selanjutnya….

 

 

salat-fatihi

Ya Allah, sampaikan rahmat penghormatanku kepada tuan kami Nabi Muhammad.

Pembuka pintu yang terkunci, penutup sesuatu yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran dan petunjuk kearah jalan-Mu yang yang lurus.

Dan sampaikan pula rahmat kepada keluarganya sesuai derajat kemuliaan mereka yang agung.

Tanggapan

  1. assalamualaikum
    ane dulu pernah dbaiat toriqoh tijani tapi ane g mendawamkan wirid, lalu guru ponpes ane yg dulu menyuruh segera dtajid? menurut anda, apa yg saya lakukan

  2. Assalamu’alaykum wr wb,
    Salam ukhuwwah buat Muqaddam serta semua ikhwan Zawiyah Tijaniyah Ciputat.

    Semoga dapat bersilaturrahmi dari kami Ikhwan Zawiyah Tijaniyah Malaysia. Kunjungi blog kami at-tijaniyah.blogspot.com sebagai kunjungan persaudaraan & semoga kita akan dapat berkongsi segala aktivitas bersama…

    Salam Hormat,
    Ikhwan Tijani

  3. assalamualaikum
    ane pernah mengikut toriqoh tijani, ane d ajak ust ponpes al istiqomah cirebon, ane dbaiat d pesawahan cirebon. akan tetapi stelah ane keluar dr ponpes sekitar 6bulanan, ane kena musibah sepeleng/hilang akal, ane dirawat d limbangan garut, oleh kiyai ayi, stelah ane sembuh ane dsuruh melepaskan segala wiridan yg ane dawamkan termasuk toriqoh ini, lalu beliau menggantikan dg ismu adzom yg terkenal dlimbangan garut, lalu ane ada kegelisahan karena keluar dari toriqoh tijani. ane mau dbaiat ulang akan tetapi ada masalah dg syarat shalat berjama’ah? soalna stelah g mondok ane g terbiasa lagi sholat jama’ah. mungkin bapak muqodam mau membntu permasalahan ane ini. ane harapkan bapak membalas ke email ane babaytarungderajat@yahoo.com/babayelmuhibbin.multiply.com

  4. sip bagus pesantrenku juga thariqat tijani

  5. assalamualaikum…

    • Wa’alaikum salam

  6. aslmu’laikum…
    saya pengikut thoriqot tijany, sudah sekitar 3 tahunan saya di baiat di pesawahan cirebon melalui bimbingan dari ustadz khumaidi ponpes alistiqomah cirebon, selama ini saya terus mencoba untuk mendawamkan wirid. namun sampai saat ini keyaqinan saya belum begitu mantap, apa kiranya yang harus saya lakukan untuk memantapkan keyaqinan ini?

    hormat kami,
    ikhwan tijany


Tinggalkan Balasan ke Ikhwan Tijani Batalkan balasan